TABURLAH DAN TUAILAH

Oleh Philip Kopeuw
0265 – Flavouw, Kamis 9 Februari 2012 – Jam 09:30 wit

Dasar perenungan dan pembelajaran kita saat ini terambil dari Alkitab Perjanjian Lama yakni Kitab Amsal 11:17 yang berbunyi “Orang yang murah hati berbuat baik kepada dirinya sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri”.

Murah hati merupakan karakter penduduk Indonesia, dan suku-suku yang ada , seperti pada suku Sentani di Papua misalnya murah hati dipandang sebagai sikap hidup adat yang terkemuka. Setara dengan kebajikan lain yang dimilikinya. Murah hati atau kebaikan hati atau Keramatamahan merupakan bagian budaya dari hidup nenek moyang kita masing-masing, dan itu haruslah sudah menjadi karakter hidup kita sebagai orang-orang yang menjunjung tinggi budaya dan adat-istiadatnya.

Allah memanggil orang-orang percaya (orang Kristen) untuk menunjukkan kasih dan ucapan syukur mereka melalui perbuatan baik berupa kerama-tamahan. Bagaimana kita menanggapi panggilannya hari ini? Berapa banyak jiwa yang bisa ku jamah hari ini? Berapa banyak orang yang bertemu dengan ku? Aku bisa menolong dan memberkati siapa saja?

Bila ku jumpai mereka dengan jamahan kasih Kristus…. (Lukas 6:36 …Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapa mu adalah murah hati). Orang Sentani dulu dikenal dengan murah hati. Mudah sekali memberi . mereka penuh dengan kasih. tapi kini kasihnya itu sudah tawar, dan menjadi abu-abu.

Kata murah berarti tidak mahal. Mendengar kata murah banyak orang sebagai pembeli biasanya berbondong-bondong datang ke pasar murah, atau diskon gede-gedean hingga 50% + 20% dan barang murah, rumah dijual murah, mobil murah dan sebagainya yang serba murah. Sedangkan Kata kejam, mungkin kita masih ingat film yang berjudul “Kejamnya Ibu Tiri” sebuah kisah nyata. Kisah seorang ibu yang kejam terhadap anak tirinya. Film ini diputar sekitar tahun 1980-an. Waktu masih ada Bioskop Sentani Teater dan Bioskop Dafonsoro di depan pertigaan pasar lama. Bagian Alkitab yang akan kita pelajari ini berbicara tentang buah dari “orang yang murah hati dan orang yang kejam”.

Kata Murah hati termasuk dalam simpulan bahasa. Simpulan bahasa adalah bentuk peribahasa yang paling mudah. Biasanya simpulan bahasa terdiri daripada dua patah kata yang membawa maksud yang tepat dan padat. Misal:
– ada hati artinya mempunyai keinginan yang melebihi kemampuan untuk melakukan atau memiliki sesuatu;
– Berat hati artinya enggan/malas;
– berhati batu artinya sukar menerima nasehat;
– besar hati artinya bergembira atau berbangga akan sesuatu;
– buah hati artinya orang yang dikasihi atau dipuja; anak;
– bulat hati artinya bersungguh-sunggu ketika membuat sesuatu/sudah nekad;
– buta hati artinya tidak dapat menerima pengajaran/ Salim/ kejam;
– iri hati artinya menyimpan perasaan dengki/cemburu;
– isi hati artinya perasaan dalam hati;
– mengambil hati artinya dapat memikat atau mempengaruhi;
– murah hati artinya suka berderma/tidak pelit/tidak skakar.

Kata murah hati mengandung arti memberi. Orang yang murah hati adalah orang yang suka memberi. Kalau kita gambarkan ciri-ciri orang yang murah hati seperti berikut:
• Orang yang murah hati biasanya tidak memandang perbedaan (suku, agama, status, ras, fam, partai politik)
• Orang yang murah hati biasanya ini tidak pilih kasih.
• Orang yang murah hati memberi tanpa mengharapkan imbalan.
• Orang yang murah hati suka memberi
• Orang yang murah hati penuh dengan rasa peduli
• Orang yang murah hati berarti memahami Ajaran Kristen dengan benar
• Orang yang murah hati adalah orang yang memberi buah karena merasakan keslamatan Tuhan.
• Orang yang murah hati memberi bukan karena imbalan.
• Orang yang murah hati memberi bukan karena ada hubungan saudara
• Orang yang murah hati adalah orang yang rela berkorban buat orang lain
• Orang yang murah hati adalah orang yang suka menolong

Ingat perumapaam Yesus tentang Orang Samaria yang murah hati? Betapa sering kita menganggap bahwa memberi itu adalah suatu beban dan bukan kesukaan. Kita kadang sulit mengorbankan sedikit milik kita untuk pekerjaan Tuhan, atau untuk sekedar membantu orang-orang atau hamba-hamba Tuhan yang kekurangan. Atau ketika kita melihat sesama kita yang sama-sama menyembah Tuhan yang sama, di gereja yang sama, tetapi mereka berada dalam kekurangan, kita hanya menjadi penonton. Hati kita sama sekali tidak tergerak untuk membantu. Siapa yang menabur ia akan menuai! Mungkin Anda tidak akan menuai di dunia ini, pasti Anda akan menuainya di rumah Bapa di sorga.

Ada orang, mungkin berpikir agar bisa menjadi murah hati jika Tuhan sudah memberkati kita dengan melimpah, kita pun harus belajar bermurah hati berarti kita memberikan sesuatu bagi Tuhan. Terkadang kita menunggu kita diberkati Tuhan dulu baru kita mau mengorbankan sesuatu bagi Dia. Kalau ada yang tersisa setelah kita memenuhi semua keinginan kita, barulah kita berpikir untuk memberikan sesuatu bagi pekerjaan Tuhan dan sesama.

Sebenarnya Anda dan saya dapat melakukan sesuatu bagi Tuhan tanpa harus menunggu Tuhan memberkati Anda dan Saya dengan melimpah. Sebab memberi kepada Tuhan tidak hanya menyangkut dana atau materi. Anda dan saya dapat memberikan waktu, tenaga, pikiran kepada Tuhan, karena Tuhan tidak pernah memaksa Anda dan saya untuk memberikan sesuatu yang tidak sanggup Anda dan saya berikan. Ketika ada orang lain dalam kedukaan kita datang memberikan penghiburan; ketika ada keluarga lain dilanda sakit-penyakit, kita mengunjungi dan mendoakan mereka. Ketika ada orang lain merasa kuatir dan putus asa, kita hadir memberi kekuatan dan pengharapan. Dan sebagainya.
Perbanyaklah memberi, kalau kamu ingin meminta. Memberi..memberi..memberi…selalu harus memberi. Saya telah memberi. Keluh seorang pria. Baiklah, marilah kita buat persetujuan, Jawab malaikat. “kamu berhenti memberi tepat pada saat Tuhan berhenti memberi kepadamu”.
Orang yang tidak mau memberi seperti tangan yang terkepal. Tangan yang terkepal tidak bisa menerima. Kata-kata itu mempunyai nada dan kebijaksanaan dari Kitab Suci yang sangat tepat dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang tidak berbagi-bagi dengan sesamanya tidak akan mendapatkan banyak teman. Kendali orang tua yang terlalu ketat mengekang anak-anaknya, tidak akan menghasilkan apa yang diharapkan. Mungkin bukan suatu kebetulan di banyak Negara symbol totaliterisme adalah tangan yang tidak bisa kita jabat, karena kepalan tinju.
Rumah tangga yang tidak saling memberi, berpotensi untuk terjadinya masalah. Anak-anak yang tidak mau memberi dalam rumah tangga, dapat akibatnya. Tapi anak dalam rumah tangga yang suka memberi pasti mendapat perhatian yang khusus. Demikian juga suami dan istri, kalau bisa saling memberi, saling pengertian, saling jujur, dan sebagainya pastilah akan menjadi RT yang bahagia. Disana ada CInta, ada Kesuksesan da nada kekeyaan mengalir di dalamnya.
Untuk menjadi penabur benih, seseorang harus membuka tangannya. Dia harus melakukan hal ini sebelum dia menuai. Dan prosesnya tidak berhenti sampai disini. Untuk memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan, dia harus membuka pikirannya. Jika dia menginginkan cinta, dia harus menawarkannya, dan untuk bisa berbuat demikian dia harus membuka hatinya.
Lihatlah di sekitar Anda dan Anda akan melihat kebenaran tentang kata-kata ini terpantul dimana-mana. Tangan yang terkepal tidak bisa menerima, karena ia tertutup, dan tidak ada sesuatu pun yang bisa masuk. Selain itu tangan seperti itu juga tidak bisa memberi.
Ada seuah kisah, Seorang anak perempuan kecil sedang berdoa tengah malam. Dia pasti telah merasakan suatu pengalaman yang menarik hari itu, karena doanya adalah “Tuhan buatlah semua orang baik: karena semua orang baik menyenangkan. Doa anak ini muncul karena ia merasakan/menerima kebaikan dari seseorang.
“Kebaikan” (kemurahan) adalah murah hati, hati yang hangat, ramah, alami. Kata Yunaninya adalah chrestotes. “Kebaikan” adalah indah, lembut, dan penuh kemurahan. Itu adalah kebajikan yang menyebar dan menembus seluruh sifat seseorang dan melunakkan segala sesuatu yang keras atau kaku. “Kebaikan” adalah siap dan rela melakukan perbuatan baik, dan itu diekspresikan dalam tindakan yang menciptakan kesenangan atau kelegaan pada orang lain. Kebaikan muncul dari watak di dalam untuk menguntungkan orang lain, dan dibangkitkan oleh kebutuhan mereka.
Kebaikan adalah buah roh yang sekarang, dan selamanya namun makin sangat kurang dalam masyarakat. Tampaknya orang mengambil banyak kesenangan dalam membuat pernyataan yang saling menghancurkan, mengecam, kasar dan mengecilkan, dan menunjukkan kesalahan, kekeliruan dan kekurangan. Acara-acara televisi, dan banyak lelucon, pertunjukan, buku, dan cerita menjadi ”lucu” karena mereka melontarkan perkataan yang sarkastis atau mengejek. Kebaikan tidak melakukan ini semua, tetapi mencari kesejahteraan, kelegaan dan kebahagiaan untuk orang lain. Kebaikan adalah buah roh yang dapat dipupuk orang Kristen yang benar-benar akan memisahkan mereka dari dunia.
Penting untuk memisahkan kebaikan sejati dari perasaan. Mudah sekali merasa kasihan terhadap seseorang yang terjebak dalam kekacauan, dan mulai ”menjaga” dia, yang sungguh-sungguh melemahkan orang itu. Dalam banyak situasi, apa yang sesungguhnya dibutuhkan seseorang agar menjadi kuat adalah bertobat dan menyibukkan diri dalam memulihkan hidupnya sendiri dengan pertolongan Tuhan. Orang yang berbuat baik kepada orang lain harus menyadari akan perbedaan antara kebaikan dan penjagaan.
Tuhan itu baik bahkan terhadap orang yang tidak bersyukur (Luk. 6:35 tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, dan kamu akan menjadi anak-anak Allah yang maha Tinggi, sebab ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat), dan kebaikan Tuhan memimpin orang (saya dan Anda) kepada pertobatan (Roma 2:4), tetapi pada umumnya Tuhan membiarkan kita mengupayakannya sendiri dengan kekuatan sendiri. Bagi Tuhan tidaklah sulit untuk mengangkat beban dari kita ketika kita sangat tertekan, menciptakan uang di dalam tabungan kita ketika kita terlalu boros, memberi kekuatan pada tubuh kita ketika kita menonton tv hingga larut malam, dsb. Sebaliknya, Tuhan membiarkan kita memerangi keinginan kita dan mengendalikan pola makan kita, cara belanja kita, kebiasaan tidur kita, dsb. Tuhan bukan ”penjaga”, dan kita harus mengikuti pimpinan-Nya. Akan tetapi, itu adalah tanggung jawab setiap orang percaya untuk berbuat baik kepada orang lain (Ef. 4:31 dan 32 yakni segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, dan fitnahhendaklah dibuang dari antara kamu, demikian juga segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu). Kasih itu murah hati (1 Kor. 13:4 berbunyi kasih itu sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu; ia tidak mementingkan diri sendiri dan tidak sombong).
Yesus Kristus berkata bahwa kuk-Nya “tidak berat” (bukan ”mudah” seperti yang banyak diterjemahkan), karena tidak ada yang kasar, tajam, atau ejekan tentang itu (Mat. 11:30). Anda dapat memikul kuk Kristus tanpa mengkhawatirkan akan mendapat luka lecet yang menyakitkan atau serpihan dari Tuhan. Siapa saja yang sudah bekerja keras dalam pelayanan Kristen dapat membuktikan fakta bahwa kuk Kristus tidak selalu “mudah,” tetapi selalu “tidak berat.”
Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti. Ingatlah bahwa anda menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri anda sendiri. Jadi Ayah, Ibu, Anak, atau teman, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu bingung, lakukan yang terbaik HARI INi dan mulai sekarang.
Berbicara orang yang kejam, saya buka ingatan kita untuk memahami apa yang dimaksud dengan orang yang kejam, yakni dari pelajaran Sejarah penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia, Peristiwa G 30 S-PKI, Peristiwa orang Sentani di Ifar gunung yang di masukan dalam satu lubang dan diberi makan potongan Sendal dan diberi minum air kencing, pembunuhan Pemimpin bangsa Papua Theys Hiyo Eluay.

Pernah dengar berita di televisi mengenai seorang ibu yang tegah membunuh 5 orang anaknya dengan racun. Padahal ibu itu anak orang kaya, ia lulusan luar negeri tetapi tidak mau berusaha dengan mencari nafkah dengan cara baik-baik untuk mendapatkan uang. Akhirnya dalam pekerjaan sebagai seorang sekertaris ia korupsi dan ditangkap polisi, dihukum dan kembali miskin dan stress, akibatnya ia membunuh 5 anaknya. Lalu kembali meringkus di penjara karena membunuh ke lima anaknya dengan meracuninya pada makanan dan minuman.

Orang-orang yang berkelakuan kejam, memang di takuti, tetapi tidak dihargai, sebab orang kejam itu secara tidak disadarinya telah menciptakan permusuhan dan potensi sakit hati/dendam kesumat yang berkepanjangan dan bisa berakibat pada ketidak harmonisan dan berdampak sangat buruk. Bisa-bisa maut taruhannya.

Orang melakukan kejahatan-kejahatan bukan karena pintar, kuat saja tetapi kata Bang NAPI di RCTI adalah karena ada kesempatan. Jika kita bicara Taburlah dan Tuailah dan bagian “orang yang Kejam” berarti mereka yang menuai Kekejaman/ Kejahatan mereka akan menuai hal itu juga.
Tahun 2011 lalu, Pemerintah dan LSM bergerak menggelar kegiatan sosialisasi tentang Menanggulangi bersama Kekerasan rumah tangga terhadap Ibu dan Anak. Status perempuan dari sudut pandang adat dianggap sebagai barang dagangan. Itu berarti kalau istri salah bisa dipukuli atau bahkan bisa dibunuh, karena sudah lunas dibayar mas kawinnya. Itulah bahasa-bahasa yang sering kita dengar dari mulut para suami atau mungkin orang lain yang mengatakan demikian.

Kalau begitu, apakah istri-istri tidak kejam terhadap suami dan anak-anak? Mungkin Anda pernah mendengar atau melihat, ada istri-istri orang lain yang kejam terhadap suami dan anak-anaknya? Ada pepatah mengatakan “Wanita dapat memendam cinta selama 40 tahun, tetapi tidak dapat memendam kebencian dan kemarahan walau hanya sesaat.

Apa yang kita tabur, itu juga yang akan kita tuai. Jika kita tabur dalam hal memberi, maka kita juga akan menuai pemberian juga. Taburlah kebaikan, maka kita akan menuai kebaikan. Taburlah kejahatan, maka kejahatan pula yang akan kita tuai. Mungkin kita tidak menuai kebaikan langsung dari orang yang kepadanya kita berbuat baik, menuai kejahatan langsung dari orang yang kepadanya kita berbuat jahat. Tetapi pasti kebaikan akan berbuah kebaikan, dan kejahatan akan berbuahkan kejahatan. Itu sudah menjadi semacam hukum alam. Jadi sebetulnya ketika kita berbuat baik kepada orang lain, berarti kita telah berbuat baik kepada diri sendiri. Dan ketika kita berbuat jahat kepada orang lain, berarti kita juga berbuat jahat kepada diri sendiri. Perbanyaklah memberi, kalau kamu ingin meminta. Jika Allah sudah melakukan sesuatu bagimu, sudah sepantasnya Anda melakukan sesuatu bagi DIA. Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk pada anda. Jangan berpikiran sempit. Kemakmuran bukan sekedar uang, tetapi berkat dalam setiap area. Taburlah benih Anda, siramilah dengan Firman Tuhan, tunggulah tuaian dan bersiaplah untuk berkelimpahan!

Tuhan Yesus, berilah aku murah hati bagi pekerjaanMU dan bagi sesamaku. Ajari aku bermurah hati demi Engkau, Biarlah memberi menjadi kesukaanku dan bukan merupakan beban karena Engkau akan memberkati orang yang memberi dengan sukacita. Kalau selama ini aku belum pernah melakukan sesuatu bagi pekerjaanMU, saat ini aku mau melakukannya karena aku mengasihi Engkau.Terima kasih Yesus, dalam namaMu aku berdoa. Amin.

Tinggalkan komentar